![]() |
Ilustrasi |
Saya baru sadar bahwa mungkin selama ini saya tidak pernah memberikan momen atau kesan baik di hati orang-orang yang saya temui, meskipun saya merasa telah berusaha. Dan karena itulah, saya merasa gagal, bahkan tak berguna. Padahal, kesan pertama dan keberlanjutannya adalah fondasi dari semua hubungan antar manusia.
Psikolog Polandia Solomon Asch mengemukakan konsep primacy effect, yaitu kecenderungan orang untuk lebih mempercayai kesan pertama dibanding informasi yang datang belakangan. Artinya, kesan pertama memiliki bobot luar biasa dalam menentukan bagaimana seseorang akan terus memandang kita. Namun menciptakan kesan baik saja tidak cukup. Consistency is credibility, kita tidak bisa hanya tampil memukau di awal, lalu membiarkan kebaikan itu pudar dalam sikap yang tidak konsisten. Maka sering kali, bukan hanya soal gagal menciptakan kesan pertama, tapi gagal mempertahankannya. Contoh sederhana: kita menyapa ramah saat pertama kali bertemu, tetapi di pertemuan berikutnya kita tampak acuh. Atau kita membantu seseorang sekali, lalu menghilang di saat mereka mulai menggantungkan harapan. Dalam sekejap, semua momen baik itu sirna. Yang tertinggal hanya kecanggungan dan jarak.
Bagaimana solusinya?
Membuat kesan baik adalah langkah awal. Menjaganya itu yang lebih penting. Kebaikan harus menjadi kebiasaan, bukan performa sesaat. Ciptakan momen autentik dalam setiap interaksi, dan hadir dengan utuh, bukan hanya untuk dikenang, tapi untuk membangun hubungan yang berakar pada rasa hormat dan ketulusan. Bersikap konsisten tidak berarti sempurna. Tapi berarti kita bertanggung jawab atas cara kita memperlakukan orang lain, terutama setelah momen pertama berlalu.
0 Komentar